Berkenalan dengan Benda Langit yang Menerangi Bumi Ketika Malam Hari

Fase Bulan. (Foto: Unsplash/Sanni Sahil)


Aku adalah benda langit di tata surya yang paling terang setelah Matahari. Walaupun begitu, sebenarnya permukaanku gelap, dengan tingkat kecerahaan yang lebih sedikit tinggi dari aspal cair. Aku menjadi satelit terbesar kelima di tata surya. Aku juga menjadi satelit alami terpadat kedua setelah Io, satelit Jupiter. Dan aku, menjadi satu-satunya satelit alami bagi Planet Biru, Bumi. Aku adalah Bulan.

Aku yang sudah ada sejak 4,5 miliar tahun yang lalu menjadi pengaruh terhadap banyak budaya, termasuk bahasa, penanggalan, seni dan mitologi. Hal ini dapat terjadi karena aku berotasi pada Bumi dengan sinkron, sehingga aku memperlihatkan sisi yang sama dengan Bumi apabila dilihat dari sisi dekat. Aku juga mempengaruhi pasang surut air laut dan hal itu terjadi karena aku memiliki gravitasi.

Aku yang menerangi Bumi di gelapnya malam mengetahui banyak manusia yang memuji cahaya yang aku pancarkan. Dengan bentukku yang terlihat bulat sempurna ketika dilihat dari Bumi, memberikan ketenangan bagi para manusia yang menatapnya dalam. Namun, tahukah kamu sebuah fakta menarik dari aku?

Tulisan ini telah dipublikasi oleh Klik Warta

Permukaan Bulan

Faktanya adalah permukaanku tidak sama dengan permukaan Bumi yang memiliki daratan dan lautan, serta atmosfer. Permukaanku penuh dengan kawah. Kawah-kawah besar yang luasnya bisa lebih dari 100 km. Kawah ini terbentuk karena bongkahan-bongkahan batu luar angkasa yang terjun bebas jatuh ke diriku. Seperti yang aku katakan, aku tidak memiliki atmosfer sehingga batu yang jatuh tidak terbakar dan langsung menghantam permukaanku.

Permukaanku juga penuh ditutupi oleh Debu Bulan atau bisa disebut Regolith. Regolith ini adalah campuran debu, pecahan batu, dan material halus hasil tumbukan meteor saat permukaannya hancur berkeping-keping. Sehingga, akan ada banyak debu berterbangan. Dan fakta uniknya adalah, jejak kaki astronot akan tertinggal di permukaanku yang penuh debu ini.

Tulisan ini telah dipublikasi oleh Klik Warta

Manusia Pertama yang ke Bulan

Ya, astronaut pernah menapakkan kakinya pada diriku. Manusia pertama yang menginjakkan kakinya adalah Neil Armstrong, seorang Astronot yang berasal dari Amerika dan bergabung dengan National Aeronautics and Space Administration (NASA). Ia meluncur ke luar angkasa pada 16 Juli 1969 menjabat sebagai komandan.

Armstrong tidak sendiri, ia bersama Michael Collins dan Edwin E. Aldrin. Selama beberapa jam, mereka mengumpulkan sampel dan melakukan eksperimen, tak lupa mereka memotret jejak kaki mereka sendiri. Mereka kembali ke Bumi pada 24 Juli 1969.

Tulisan ini telah dipublikasi oleh Klik Warta

Fakta unik Bulan

Balik ke fakta diriku, karena aku yang tidak memiliki atmosfer membuat diriku memiliki suhu yang ekstrim. Pada siang hari, rata-rata suhu permukaanku mencapai 123 derajat celcius. Ketika di malam hari, suhu rata-rataku bisa turun mencapai -233 derajat celcius. Dengan suhu yang ekstrim, aku bukan pilihan yang tepat untuk menjadi tempat tinggal bagi manusia.

Fakta lainnya adalah aku tidak memiliki cahaya sendiri. Cahaya indah yang selalu kami lihat di malam hari berasal dari pantulan cahaya Matahari. Hal itu juga yang membuat cahayaku tidak seterang bintang di tata surya kita, Matahari. Dan cahaya bintang yang terlihat lebih kecil ketika malam hari karena jarak bintang yang begitu jauh dari Bumi.

Tulisan ini telah dipublikasi oleh Klik Warta

Fase Bulan

Kamu pasti menyadari jika setiap malam, aku menunjukkan bentuk yang berbeda. Terkadang lingkaran penuh, setengah lingkaran, atau tidak ada sama sekali. Perubahan bentuk ini bisa dikenal dengan fase bulan.

Perubahan bentuk yang terjadi pada diriku berdasarkan posisiku pada orbit terhadap Bumi dan posisi Bumi pada orbit terhadap Matahari. Posisi inilah yang membuat aku mengalami empat fase utama dan empat fase tambahan. Sehingga, aku akan melewati delapan fase sebelum mengulang ke fase yang pertama.

Fase pertama adalah Bulan Baru atau dikenal dengan New Moon. Pada fase ini, aku terlihat gelap sama sekali. Bulan baru terjadi ketika aku berada diantara Bumi dan Matahari. Bagian diriku yang menghadap ke Bumi tidak mendapatkan cahaya dari Matahari sama sekali sehingga aku terlihat gelap.

Fase kedua adalah fase Sabit Awal atau Waxing Crescent. Pada fase ini, terlihat bagian sangat kecil bersinar dari sisi kanan. Cahaya mulai terlihat karena aku mulai mengelilingi Bumi sehingga tampak sedikit cahaya Matahari.

Fase ketiga, Kuartal Pertama. Pada fase ini, setengah bagian sisi kanan diriku terlihat bersinar. Posisiku pada fase ini berada 90 derajat dari matahari hingga setengah permukaanku yang menghadap Bumi terlihat. Fase keempat, Cembung Awal atau Waxing Gibbous. Fase ini hampir memperlihatkan seluruh bagianku yang bersinar dan hanya ada sebagian kecil sebelah kiri yang gelap.

Pada Fase kelima adalah Bulan Purnama. Fase ini terjadi ketika aku berada 180 derajat dari Matahari. Karena orbitku yang tidak selalu lurus dengan Bumi dan Matahari, maka aku masih bisa terlihat. Jika terjadi orbitku berada satu garis lurus dengan Bumi dan Matahari maka akan terjadi fenomena gerhana bulan.

Fase keenam, Cembung Akhir. Fase ini terbalik dari fase-fase sebelumnya. Kali ini, sebagian besar permukaan kiriku tampak bersinar dan hanya sebagian kecil kanan yang gelap. Fase ketujuh adalah Kuartal Tiga. Penampakan dari diriku yang bisa dilihat adalah setengah bagian kiri yang tampak bersinar.

Terakhir, fase kedelapan adalah Bulan Sabit Akhir atau Waning Crescent. Fase ini hanya memperlihatkan sebagian kecil sebelah kiri yang dapat terlihat oleh manusia. Setelah delapan fase dilalui, maka aku akan mengulang fase dari awal lagi, yaitu bulan baru yang tampak gelap di langit. (NAN)

Tulisan ini telah dipublikasi oleh Klik Warta

Komentar

Postingan Populer

Salam Perkenalan

Hai semuanya! Salam kenal yaa, semoga kamu suka dengan isi tulisan yang saya berikan. Enjoy the time!

Ayo berkomunikasi

Nama

Email *

Pesan *

Total Tayangan Halaman