Perkembangan Setu Babakan, Membawa Dampak Baik
Jakarta, Media Kota - Setu Babakan menjadi tempat pariwisata kebudayaan Betawi yang sudah lama hadir. Setu Babakan juga menjadi ciri khas untuk budaya Betawi. Sudah banyak renovasi pembangunan yang terjadi di Setu Babakan.
Hingga kini, Setu Babakan banyak menawarkan kegiatan pariwisata yang menggiurkan dengan harga tiket masuk yang murah meriah. Mulai dari wisata budaya, wisata agro, wisata air hingga atraksi. Kini, setu babakan juga dibagi dalam 3 zona, yaitu zona A, zona B, dan zona C.
Setu Babakan yang telah mengalami banyak perubahan membawa dampak baik untuk sekitarnya. Seperti hal yang baru saja disebutkan di atas, kegiatan dan fasilitas yang ditawarkan di Setu Babakan begitu banyak dan terarah. Bahkan untuk keamanan di Setu Babakan sudah jauh lebih baik.
Jika dilihat dalam kurun waktu lima sampai sepuluh tahun lalu, Setu Babakan berbeda jauh dengan yang dulu. Dahulu, jalanan di Setu Babakan masih tanah merah. Jika hujan datang, jalanan menjadi licin. Sering terjadi kecelakaan kecil untuk pengendara motor maupun sepeda, dan untuk pejalan kaki, sandal atau sepatu pengunjung akan penuh dengan tanah yang menempel.
“Kalau dulu, asal setiap habis hujan, banyak pengunjung yang sering jatuh. Karena dulukan masih tanah merah ya, jadi licin.” Kata warga lokal dalam wawancara langsung di Setu Babakan. Selain itu, para pengunjung juga sudah lebih tertib dengan aturan yang ada. “Sekarang pengunjung Setu Babakan tertib-tertib. Ya walaupun ada yang tetap melanggar, tapi jauh berbeda dengan yang dulu”, pernyataan dari penjaga Setu Babakan, Pak Bodong. (9/04/22).
Dahulu, para pedagang di Setu Babakan juga tidak terarah dan mereka bebas memilih tempat di mana mereka inginkan. Yang mana dampak dari hal tersebut, menganggu aktivitas para pengunjung yang berjalan. Namun hal tersebut sudah tidak lagi terjadi, karena para pedagang sudah terarah dan tidak lagi asal memilih tempat berdagang.
Selain itu, ada juga jembatan yang sempat di bangun untuk memudahkan para pengunjung yang hadir ke Setu Babakan. Namun jembatan itu hanya bertahan beberapa tahun karena tidak lagi di urus, pijakan dari jembatan tersebut banyak yang sudah rapuh. Sekarang, jembatan itu terbengkalai, tapi bukan berarti tidak ada pembaruan dari jembatan tersebut.
Pemerintah membangun jembatan yang lebih baik, yang mana jembatan tersebut terhubung menuju zona C atau yang dikenal dengan “Pulau”. Di zona C, memperlihatkan replika perkampungan Betawi, mulai dari rumah adat, sawah, hingga empang. (NAN)


Komentar
Posting Komentar