Dibalik Kelezatan Ketupat

Ketupat. (Foto: Unspalash / Mufid Majnun)


Siapa yang tidak mengenal hidangan ketupat? Salah satu hidangan yang wajib ada dalam suasana Hari Raya Idul Fitri. Ketupat biasanya menjadi teman hidangan bersama opor ayam hingga daging rendang.

Namun, dibalik kelezatan ketupat, ada banyak makna dari simbol hari raya ini. Mungkin tak banyak yang tahu, karena kelezatan ketupat lebih menggiurkan lidah masyarakat Indonesia. Maka dari itu, mari kita mengenal ketupat secara mendalam.

Ketupat atau kupat merupakan hidangan dari bahan dasar beras yang dibungkus dengan anyaman daun kelapa muda atau biasa dikenal janur. Ketupat merupakan hidangan asli Indonesia yang menyebar ke beberapa negara tetangga, seperti Malaysia, Brunei Darussalam, Singapura, hingga Thailand.

Kupat berasal dari istilah bahasa Jawa, yaitu ngaku lepat yang artinya ‘mengakui kesalahan’, atau laku papat yang artinya ‘empat perilaku’ yang melambangkan dari keempat sisi ketupat, yaitu lebaran, luberan, leburan, dan laburan.

Lebaran diambil dari kata bahasa Jawa, yaitu lebar yang artinya selesai atau sudah berlalunya bulan Ramdhan. Masyarakat Indonesia umumnya akan bermaaf-maafan dengan keluarga hingga tetangganya.

Luberan atau meluber, bermakna keberlimpahan. Menyimbolkan agar melakukan sedekah dengan ikhlas seperti air yang meluber dari wadahnya. Hari Raya Idul Fitri sebagai momentum untuk berbagi atas berlimpahnya rezeki dan rahmat yang telah didapat.

Yang ketiga, leburan yang memiliki makna lebur sesuai dengan bahasa Indonesia. Dalam momen Hari Raya Idul Fitri, leburan ditandai dengan meleburnya dosa dengan cara bermaaf-maafan.

Yang terakhir, laburan berasal dari kata labur yang artinya kapur putih. Kata ini menyimbolkan hati seseorang yang kembali menjadi putih dan suci dengan serangkaian ibadah yang telah dilakukan selama bulan puasa.

Nah, sekarang kita jadi mengerti dibalik sebuah anyaman ketupat yang rumit, ada sebuah makna yang begitu mendalam atas simbol dari Hari Raya Idul Fitri ini. Namun, kita belum cukup mengenal ketupat. Karena, ketupat juga memiliki sejarah yang cukup menarik perhatian.

Kupat merupakan simbol hari raya Islam dimasa pemerintahan kesultanan Demak yang dimpimpin Raden Fatah pada awal abad ke-15. Bentuknya yang persegi memiliki makna ‘kiblat papat lima pancer’, sebagai keseimbangan alam yaitu empat arah mata angin yang bertumpu pada satu pusat.

Kupat pertama kali dikenalkan oleh Sunan Kalijaga, salah satu Walisongo di tanah Jawa. Kupat merupakan hasil perpaduan makanan tradisional Tepo yang dibalut anyaman. Kupat dijadikan sebagai budaya dan filosofi oleh Sunan Kalijaga.

Sunan Kalijaga memperkenalkan istilah ba’da atau bakda lebaran dan bakda kupat yang atinya sesudah lebaran dan sesudah kupat. Bakda lebaran merupakan prosesi pelaksanaan solat id hingga berkunjung untuk saling silatuhami.

Bakda kupat diperingati seminggu setelah lebaran. Masyarakat muslim Jawa umumnya berkumpul di suatu tempat seperti masjid atau musola untuk melakukan selamatan dan membawa hidangan yang didominasi ketupat. Hal ini dilakukan sebagai perwujudan rasa syukur setelah mengerjakan puasa satu bulan dan disempurnakan dengan puasa sunah selama eman hari di bulan Syawal.

Tidak hanya di Jawa, masyarakat Manado juga merayakan lebaran ketupat untuk saling memafkan. Di Lombok, NTB merayakan lebaran ketupat dengan nama Lebaran Topat. Tradisi ini digelar dengan mengadakan ‘nyangkar’ yang melibatkan banyak orang.

Dalam perkembangannya, kupat tidak hanya menyebar ke berbagai wilayah di Nusantara, seperti halnya di Malaysia yang dibawa oleh prajurit Kesultanan Demak yang kemudian menetap di Semenanjung Melayu.

Ketupat memiliki berbagai macam jenis dan tradisi yang tersebar di Indonesia. Seperti Kupat Sumpil yang bentuknya segitiga dengan daun bambu sebagai bungkusnya.

Kupat Jago yang menggunakan delapan helai janur, berbentuk segitiga sama kaki dengan ujung menjuntai di kanan dan kiri. Helaian janur dibagian atasnya diikat. Dan biasanya hadir ketika syukuran empat bulan.

Kupat Sidapurna berbentuk seperti huruf P terbalik. Salah satu sudutnya terdapat hiasan lipatan janur mirip pita. Bagian sudut bawahnya dilipat sebagai hiasan. Kupat Pandawa bentuknya segitiga dengan ujung berupa 2 helai janur yang dikepang

Kupat Sidalungguh menggunakan tiga helai janur, ketiga helaiannya dikeluarkan dari sisinya. Kupat Geleng yang berbentuk persegi panjang, disemua sudutnya tidak keluar helaian janur, sehingga bentuknya terlihat sangat rapat.

Selain jenis dan tradisinya, ketupat juga memiliki beragam nama di daerah yang ada di Indonesia maupun di luar negeri. Dalam bahasa Aceh, ketupat disebut dengan keutupet. Dalam bahasa Gorontalo, ketupat disebut dengan atupato. Dalam bahasa Madura, ketupat disebut dengan ketopak. Dalam bahasa Tagalog, ketupat disebut dengan bugnoy.

Walaupun ketupat banyak jenisnya, beragam namanya, bahkan hingga berbagai tradisinya, ketupat memiliki makna yang baik. Makna tersebut dibuat untuk menjadi sebuah doa dan harapan yang baik bagi banyak orang.

Nah, sekarang kita jadi mengerti secara mendalam mengenai ketupat. Ketupat tidak hanya beras yang dibungkus anyaman danun kelapa muda tapi sebagai simbol permintaan maf yang tulus untuk kembali menjadi suci dan bersih. (NAN)

Komentar

Postingan Populer

Salam Perkenalan

Hai semuanya! Salam kenal yaa, semoga kamu suka dengan isi tulisan yang saya berikan. Enjoy the time!

Ayo berkomunikasi

Nama

Email *

Pesan *

Total Tayangan Halaman