Ini Hanya Masalah Kesadaran
![]() |
| Pandawara Group. (Foto: Media Indonesia) |
Ketika itu, gerimis kecil membahasi sebagian Bandung. Ada lima pemuda yang memilih bekerja dibandingkan menikmati suasana dingin sambil menyantap mie instan yang masih berasap. Pekerjaan mereka bukan pekerjaan yang biasa, bukan sebagai pekerja kantoran melainkan membersihkan sampah yang ada di sungai.
Dengan keadaan sungai yang memiliki benteng cukup tinggi, membuat akses mereka sulit untuk digapai. Tak kenal patah semangat sebelum bekerja, mereka tetap melakukan pekerjaannya. Tak peduli cuaca dingin yang mulai menusuk tulang, sampah-sampah yang menggenang di sungai mereka ambil satu per satu, dan mengumpulkannya dalam trashbag yang sudah disiapkan.
Ikhsan, salah satu dari lima pemuda itu membersihkan sampah yang ada di sekitarnya. Dengan arus yang semakin kencang, Ikhsan tetap fokus pada pekerjaannya, hingga tanpa sadar kakinya terlilit limbah kain yang ada di sungai tersebut. Dan pada saat itulah, air bah datang menghampiri mereka. Keempat temannya yang melihat Ikhsan terlilit limbah kain dengan sigap menariknya ke atas permukaan. Syukur, Ikhsan selamat dari insiden tersebut.
Setelahnya, mereka baru menyadari satu hal. Bahwa wilayah sebelah yang menyambung dengan sungai yang sedang mereka bersihkan sedang terjadi hujan yang sangat lebat. Hal tersebut dapat menyebabkan air bah datang kapanpun.
Hal tersebut merupakan sedikit kejadian yang mereka alami ketika membersihkan sampah di sungai. Perkenalkan, mereka adalah Pandawara Group, lima pemuda dengan aksi heroiknya yang berasal dari Bandung.
Pandawara merupakan dua kata yang digabungkan, Pandawa dan Wara. Pandawa merupakan sebutan untuk lima tokoh pewayangan dari kisah Mahabarata. Pandawa mengisyaratkan lima pemuda ini. Sedangkan Wara merupakan bahasa Sunda yang artinya kabar baik. Jadi, ketika digabungkan menjadi Pandawara, artinya lima pemuda yang membawa kabar baik.
Mereka adalah Gilang Rahma, Agung Permana, Rifki Sa’dulah, Rafly Pasya, dan Muchamad Ikhsan. Dengan karakter masing-masing, mereka menyatukan niat dan tujuan untuk memberikan pengaruh kepada seluruh masyarakat Indonesia agar sadar pentingnya dampak dari sampah. Hal ini juga sejalan dengan cita-cita mereka. Pandawara berharap di tahun 2030, Indonesia menjadi negara dengan zero waste.
Semua bermula ketika lima pemuda ini menyadari satu keresahan yang selama ini mengganggu mereka. Keresahan tersebut adalah banjir yang selalu datang ketika hujan lebat turun. Saat mereka usut, banjir tersebut terjadi karena tumpukkan sampah yang ada disungai sehingga arus sungai terhambat dan mengakibatkan sungai menguap lalu terjadi banjir.
Ketika itu, salah satu dari mereka, Agung mengalami kebanjiran di rumahnya. Tak seperti biasanya, banjir yang datang pada kala itu sangat tinggi, bahkan hingga sedada orang dewasa. Keresahan tersebutlah yang menyadari Agung, bahwa permasalahan ini harus diselesaikan.
Gilang, dengan jiwa visioner dan kepemimpinanya menyuarakan sebuah ide untuk membersihkan sampah di sungai yang berada dekat dari rumah mereka masing-masing. Tanpa pikir panjang dan perdebatan, mereka berempat setuju dengan pendapat yang Gilang ajukan.
Mereka juga menghimpun dana dengan anggaran pribadi untuk membelikan alat-alat penunjang kebersihan agar memudahkan mereka ketika eksekusi dilakukan.
Ketika hari pertama mereka membersihkan sungai, mereka membersihkan dari atas permukaan sungai. Mereka tidak berani terjun langsung ke dalam sungai karena tidak tahu apa yang ada di dalam sungai tersebut.
Sambil membersihkan sungai, mereka juga mengusut asal sampah di sungai tersebut. Melalui pernyataan warga sekitar, sampah yang menumpuk di sungai tersebut berasal dari wilayah sebelah lalu menumpuk disungai tersebut.
Dengan inisiatif yang tinggi, kelimanya sepakat untuk terus melanjutkan membersihkan sungai ke wilayah sebelah. Mereka memulai dengan berdoa, lalu dilanjutkan membersihkan sampah hingga akhirnya selesai.
Sama seperti pertama kali, kelimanya tetap mencari tahu sumber sampah di sungai ini. Dan tak berbeda dari sebelumnya, warga sekitar menjawab hal yang sama, yaitu sampah berasal dari wilayah sebelah.
Kemudian, kelimanya juga kembali membersihkan sungai di wilayah lain yang memang sebelumnya disebutkan oleh para warga. Dengan alur yang sama, mereka kembali menanyakan sumber sampah yang berada di sungai tersebut. Seperti warga yang sebelumnya, jawabannya pun sama. Sumber sampah dari sungai tersebut bersumber dari wilayah sebelah yang membawa sampah.
Hingga tak terasa, kelima pemuda ini sudah membersihkan puluhan sungai, termasuk parit, got, bahkan hingga septic tank. Dengan pengalaman yang mulai banyak dan panjang, kelima pemuda ini akhirnya berani turun langsung ke sungai.
Ada sebuah pengalaman yang cukup menegangkan ketika mereka turun ke sungai untuk membersihkan sampah. Saat itu, mereka berlima fokus dengan tugasnya masing-masing, ada yang mengambil sampah plastik, sampah batang pohon, dan lain-lain. Namun, diantara fokusnya mereka bekerja, secara bersamaan mereka merasakan ada benda yang melintasi kaki mereka masing-masing dari dalam air.
Dengan rasa penasaran, mereka saling memperhatikan benda tersebut yang terbawa arus sungai. Hinnga ternyata, benda tersebut bukanlah benda mati melainkan hewan melata dengan panjang 8 meter, yaitu ular python.
Dan saat itu mereka sadar, bahwa apa yang dikerjakan selalu ada imbal baliknya. Seperti hal dengan mereka saat ini, mereka terjun ke sungai bukan untuk melakukan suatu hal yang negatif. Mereka hanya ingin membersihkan sungai ini dari sampah sehingga alam pun bersahabat dengan mereka.
“Dimanapun kita berada, di manapun sungai kita berada, pasti selalu didukung sama alam,” kata Gilang.
Dengan begitu banyak pengalaman, pada akhirnya mereka memutuskan suatu tindakan yang cukup besar. Kelimanya sepakat untuk membuat akun sosial media dengan nama Pandawara Group.
Melalui postingan video ketika mereka membersihkan sampah di sungai, tak disangka mereka menjadi perbincangan hangat. Mulai dari masyarakat, pelajar, bahkan hingga jajaran pemerintahan melihat aksi heroik yang mereka lakukan.
Beragam komentar juga membanjiri akun sosial media mereka, yang memuji, memberi semangat, hingga komentar-komentar yang tak pantas. Mereka tidak menyangka akan mendapat atensi yang luar biasa ini.
Bahkan, banyak pemuda yang terpengaruh oleh aksi heroik Pandawara. Mulai dari Aceh, Karawang, Garut, bahkan hinnga Bali banyak yang mengikuti kegiatan Pandawara.
Hebatnya, mereka bukan tanpa sebab mengunggah video ke sosial media. Mereka memiliki tujuan untuk memengaruhi seluruh masyarakat Indonesia untuk perduli pada sampah. Mereka berharap, disetiap wilayah di Indonesia, khususnya RT dan RW ada Pandawara-Pandawara berikutnya.
Dengan terkenalnya Pandawara di sosial media, banyak juga yang memanfaatkan ketenarannya. Beberapa orang yang menghampiri Padawara mengajak untuk kolab bersama. Saat itu, Pandawara baru pertama kali mendapatkan tawaran, mereka menyetujuinya.
Ketika hari kolab itu tiba, Pandawara dengan siap sudah menyediakan alat-alat kebersihan untuk mereka. Mereka juga sudah menyiapkan alat-alat, namun alat kamera. Pada saat ingin dimulai, tidak ada pihak tersebut yang ikut turun, pihak tersebut hanya merekam kegiatan Pandawara.
Pandawara lebih bersyukur jika banyak pemuda di daerah masing-masing untuk mengikuti jejak Pandawara tanpa ada rasa pamrih. Karena Pandawara percaya, “Jangan saling menyalahkan, ini hanya masalah kesadaran”.


memang keren puol pandawara, seharusnya masyarakat mulai sadar dan bertaanggung jawab akan sampah mereka sendiri. pandawara sebagai pembuka jalan kepada para anak muda untuk mengikuti jejak positif yang mereka lakukan.
BalasHapus