Apartem(a)ent - 3
Aku terbangun dengan mata yang bengkak, bahkan rasanya sangat sulit membuka mata ini. Saat ini pukul 8 pagi, dan yang pasti Athala sudah berangkat ke kampus lebih dulu. Sedangkan aku berangkat sejam lebih lambat karena saat ini hanya ada satu mata kuliah di jam 10 pagi.
Setelah selesai mandi, berpakaian, dan make up, aku menuju meja makan. Di atas meja sudah ada nasi goreng buatan Athala. Ini yang ku maksud, Athala selalu baik hati dengan mengeri apa yang aku butuhkan. Tanpa perlu diminta, dia selalu berusaha memenuhinya.
Ya walaupun pada saat ini aku kesal dengan tingkahnya. Aku duduk di bangku dan memakan sarapan, namun ternyata ada sebuah note di samping piringku.
Jangan lupa sarapan, matanya juga jangan lupa dikompres.
Lihat, lagi dan lagi Athala selalu tau apa yang aku butuhkan. Aku mengambil note itu dan membalasnya,
hmm
Setelahnya aku menyelesaikan sarapanku dan berangkat ke kampus.
Okey, sedikit bercerita tentang diriku. Aku bukan manusia ekstrovert yang mudah bergaul, namun aku juga introvert yang tidak bisa bergaul. Aku masih memiliki teman - selain Athala - di kelas. Tapi, berbeda dengan Athala yang selalu memiliki banyak kenalan dimanapun dia berada, temanku bisa dihitung dengan jari.
Dan aku tidak memiliki banyak kegiatan di kampus, hanya ada kelas yang perlu aku penuhi dan sebuah organisasi yang cukup terkenal di kampus, yaitu BEM. Aku mengikuti BEM bukan karena keinginan ku, melainkan kecelakaan yang sengaja dilakukan oleh temanku sendiri.
Namanya Intan, perempuan ceria yang selalu penuh senyum pada saat itu sedang kebingungan harus mengikuti organisasi apa. Dan dari hasil kebingungannya itu, dia memutuskan - secara sepihak - mengambil BEM dan membawa namaku di dalamnya. Jadilah aku terjebak pada saat ini.
Selain aku dan Intan, ada satu anak kelasku lagi yang mengikuti BEM. Seorang laki-laki yang cukup pendiam namun pesonanya banyak menarik perhatian para perempuan. Namanya Kala, ya mirip dengan namaku, dan aku sudah terbiasa menjadi bahan perbincangan mengenai nama kita berdua.
Tapi perlu diketahui, aku dan Kala tidak begitu dekat - tadinya. Karena pada saat ini, selain kita berada di satu organisasi, aku dan Kala satu sekolompok dalam mata kuliah manajemen. Selain aku dan Kala, tentu ada Intan sang ketua kelompok yang dengan sengaja membuat kelompok ini.
Saat ini kami berada di kantin untuk membahas tugas tersebut. Kami diberi tugas untuk membuat sebuah video presentasi mengenai digital manajemen.
"Mau take video di mana nih?" Intan bertanya ketika kami sudah selesai membuat materinya. "Yang pasti tidak di rumah ku kan?" Aku menanggapi tapi sambil menolak.
"Rumah lu sabi ga Kal?" Intan bertanya kepada Kala.
"Boleh aja si," Kala menjawab seadanya. "Mau kapan?" Tanyanya.
"Weekend aja ga si? Biar waktu ngerjainnya panjang, jadi engga kerja dua kali," Intan menjawab pertanyaan Kala. Aku dan Kala menyetujuinya.
Kami janjian untuk mengerjakan di rumah Kala mulai dari pagi hingga siang hari, sedangkan sore hari akan dipakai untuk mengedit video tersebut.
Dan tak terasa, esok sudah masuk weekend. OH astaga! aku melupakan sesuatu. Aku lupa izin ke Athala, semoga saja orangnya belum tidur.
Aku keluar kamar, dan ternyata di ruang tengah tak ada siapa-siapa. Aku berjalan menuju kamar Athala, dan mengetuk pintunya.
"Alaaaa," panggilku sambil terus mengetuk pintunya. Sedankan sang empu tak kunjung datang.
"ALAA UDAH TIDUR BELUM?" Tanyaku berteriak berharap Athala mendengar. Namun hasilnya nihil, tak ada respon dari dalam kamar.
Aku memilih kembali ke kamar, besok saja izinnya ketika sarapan.
Oh iya, setelah kejadian itu, aku dan Athala kembali seperti biasa, Namun, karena aku dan Athala memiliki jadwal yang cukup bertolak belakang, kami jarang sekali bertemu. Sesekali bertemupun ketika aku ingin sarapan dan Athala yang pamit berangkat kuliah.
Athala pernah bilang kepadaku, jadwal anak teknik super duper padat, bahkan seringkali Athala mendapatkan kelas malam atau bahkan kelas di weekend.
Ketika pagi datang, aku lebih dulu keluar kamar dengan keadaan yang sudah siap pergi. Namun, Athala masih belum keluar. Aku menyempatkan untuk memasak sarapan, hanya sebuah roti panggang dengan telur mata sapi. Dan yang pastinya, aku juga menyiapkan untuk Athala.
Tepat ketika aku selesai membuat sarapan, Athala keluar dari kamar dengan baju oblong dan celanan selutut, tidak lupa dengan muka kantuknya.
"Mau kemana lu?" Athala bertanya sambil menghampiriku yang sedang makan.
"Hari ini gua mau pergi ke rumah temen ya," jawabku.
"Kok baru bilang?" Tanyanya heran.
"Semalem udah gua ketok pintu lu, tapi lu ga jawab," Aku berusaha menjelaskan.
"Yaudah, gua anter. Mau ke mana?"
"Eh jangan, ga usah." Tolakku. Muka Athala terheran kebingungan, "kenapa?" Tanyanya.
"Temen gua udah di bawah," aku menjawab sambil berdiri, berjalan ke luar apartemen, "dadah".
Sedangkan Athala masih kebingungan sambil memakan roti buatanku. Tapi aku tidak berbohong, karena Intan sudah menungguku. Aku minta tebengannya karena aku tidak tau jalan menuju rumah Kala.
Ternyata rumah Kala tidak terlalu jauh dari apartemen Athala, hanya membutuhkan waktu 15 meit untuk sampai ke rumahnya. Dan tanpa membuang waktu, kami langsung menyelesaikan video tersebut. Sesuai dengan perkiraan, pada jam dua siang, kami telah menyelesaikan video tersebut. Selanjutnya proses editing.
Di tengah-tengah editing tersebut, ponsel Intan terus berdering. Aku sampai jengah sendiri, "Intan angkat dulu telponnya," kataku melihat ponsel Intan yang selalu berderng.
"Iya nanti aja," respon Intan sambil melihat nama panggilann yang tertera di hpnya. Teman BEM-nya Intan menghubunginya.
"Angkat aja dulu, siapa tau penting," Kala kini ikut menyahuti. Karena tidak enak - mungkin - Intan mengangkat panggilan tersebut, dan meninggalkan Kala dan aku.
satu sampai dua menit awalnya tak berasa, namun masuk menit kelima, aku menyadari sesuatu, rasanya canggung. Mungkin karena aku dan Kala tidak dekat, ditambah Kala yang tidak banyak bicara dan fokus pada editannya. Sedangkan aku? Hanya duduk disampingnya, memerhatikan video yang sedang diedit.
Untungnya tidak perlu menunggu lebih lama, Intan kembali masuk. "Eh guys, sorry nih. Gua harus balik duluan," Intan masuk dengan mengatakan kalimat tersebut. Aku yang mendengarnya kaget, "Hah? Kenapa emangnya?"
"Itu divisi gua ternyata ada agenda sore ini. Makanya tadi di telponin, buat ngasih tau agenda ternyata," Intan berusaha menjelaskan.
"Lah terus gua?" Tanyaku sambil menunjuk diri sendiri.
"Duh gimana ya," Intan berusaha berpikir mencari jalan keluar.
"Nanti lu gua anter aja La," Kala menyahut, memberi solusi. "Nah iya, Kala anterin Nala balik yaa," Intan menyetujui dengan gembira, tak lagi bingung. Sedangkan aku? Aku yang kebingunan sendiri.
"Yaudah gua duluan yaa, terima kasih teman-teman," Intan langsung pergi begitu saja tanpa menunggu respon dariku. Aku yang belum mencernanya hanya bengong kebingungan.
"La?" Kala memanggilku membuyarkan kebingunganku. "Gapapa kan kalau gua anterin?" Kala bertanya.
"A-h, iy-a, gapapa kok," Aku meresponnya sedikit gugup.
Dan benar saja, Kala mengantarku pulang menggukan motornya. "Kal, maaf ya malah ngerepotin," kataku yang merasa tidak enak karena Kala harus mengantarku pulang.
"Santai La, deket ini," responnya singkat.
"Nanti videonya gua kirim kalau sudah selesai ya," Kala membuka obrolan.
"Okee, tinggal dibuat subtitle aja kan ya?" Tanyaku basa-basi tidak tau mau merespon bagaimana.
Kala hanya menangguk sebagai jawaban. "Oh iya La, kok gua jarang liat lu ikut rapat BEM si?" Kala bertanya lagi.
"Ah itu, gimana ya bilangnya," Aku bingung menjelaskan ke Kala. "Soalnya, gua dipaksa Intan, dan ternyata keterima," aku berusaha menjelaskan.
"Oalah pantesan ajaa, kirain emang dari lu sendiri yang mau ikut".
Dan seterusnya, selama perjalanan, aku dan Kala tak ada habisnya mengobrol. Ternyata Kala asik juga, obrolanku dengannnya juga nyambung. Hingga tak terasa sudah sampai di Apartemen.
"Sekali lagi terima kasih ya Kalaa," Kataku yang sudah turun dari motor.
"Sama-sama Nalaa," jawabnya dengan senyumnya yang sangat manis. "Gua balik yaa," Kala siap untuk kembali ke rumahnya.
"Iyaa, hati-hati," kataku sambil melambaikan tangan, dan setelah Kala hilang dari pandanganku, aku masuk ke dalam apartement.

Komentar
Posting Komentar